Tak Berkategori

Sejarah Kaligrafi Islam

Kaligrafi Islam

Sebagaimana posting sebelumnya, bahwa kaligrafi merupakan tulisan tangan yang indah sebagai hiasan. Definisi kaligrafi semacam itu sangatlah umum, maka kaligrafi dipersempit lingkupnya menjadi kaligrafi islam.

Mengapa bukan kaligrafi arab, toh tulisannya berhuruf Arab?

Sekilas tampaknya, kaligrafi arab juga tepat. Namun, jika diteliti lebih jauh, ternyata Arab tidak identik dengan Islam. Bahkan, akhir-akhir ini muncul penggemar kaligrafi di tanah arab dari agama lain yang menuliskan kaligrafi. Sayangnya, banyak yang tidak tahu sehingga “terkecoh” dan menjadikan sebagai hiasan. Padahal, kalimatnya berasal dari kitab suci yang berbeda. Kaligrafi islam merupakan bahasa yang tepat untuk mengidentikkan kaligrafi dengan islam.

Dalam bahasa arab, kaligrafi di sebut khat (khath). Sedangkan penulisnya dinamai khattath.

Dalam buku khat sendiri, definisi kaligrafi diperjelas. Ada yang mengatakan bahwa kaligrafi merupakan rangkaian huruf-huruf hijaiyah yang memuat ayat-ayat alquran maupun hadist ataupun kalimat hikmah di mana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf.

Proporsi huruf itu sendiri dirumuskan sedemikian rupa dalam sebuah buku yang ditulis oleh para kaligrafer-kaligrafer ternama dengan menggunakan metode titik. Seperti huruf alif dalam naskhi, tingginya tidak labih dari lima titik. Lain halnya dengan tsuluts, tinggi alif bisa sampai tujuh titik dan memiliki kepala yang berbeda.

Untuk detail huruf, mungkin akan dijelaskan dalam posting yang berbeda.

Kata kaligrafi berasal dari bahasa Yunani. καλλι (kallos) berarti indah dan γραφος (graphẽ) yang artinya tulisan. Menurut wikipedia, kaligrafi adalah seni menulis indah dengan pena sebagai hiasan. Artinya, kaligrafi merupakan tulisan indah yang dihasilkan oleh tangan.

Kaligrafi dalam bahasa kita sering diasosiasikan terhadap tulisan Arab. Padahal tidak. Semua tulisan tangan yang indah bisa disebut dengan kaligrafi. Mungkin karena bahasa indonesia yang tidak mempunyai keaksaraan yang kuat, sehingga tulisan indah dalam bahasa Indonesia hampir tidak ada (tulisan memang ada, tetapi tidak mementingkan unsur keindahan aksara).

Semenjak ditemukan kertas sebagai media, kaligrafi berkembang pesat. Di Tiongkok misalnya, budaya menulis kaligrafi menjadi sebagai ciri khas para terpelajar. Begitu juga di Jepang dan Eropa. Kaligrafi mengiringi kecermelangan ilmu pengetahuan saat itu. Dengan bermodalkan sebuah kwas dan tinta, para sarjana di Tiongkok menorehkan puisi ke selembar kertas. Catatan-catatan penting di zaman Renaissance juga ditorehkan di dalam sebuah buku.

Sayangnya, perkembangan tulis menulis kemudian bergeser. Sejak memasuki era digital –dengan diperkenalkannya sistem operasi komputer– seolah-olah kaligrafi sudah menjadi barang “jadul” nan usang. Ukuran huruf yang indah dengan komposisi yang sempurna bisa ditorehkan oleh sebuah software. Kemudian hasil out put-nya dicetak menggunakan printer.

Sumber :  https://belajarkaligrafiislam.wordpress.com/category/definisi/

Satu tanggapan untuk “Sejarah Kaligrafi Islam

Tinggalkan komentar